JAKARTA - Kesehatan sistem pencernaan sering kali diabaikan, padahal tubuh sebenarnya memberikan berbagai sinyal yang bisa membantu mendeteksi adanya gangguan sejak dini. Salah satu indikator penting yang kerap diabaikan adalah kondisi feses. Bentuk, warna, dan teksturnya bisa mencerminkan apa yang sedang terjadi di dalam tubuh.
Ahli kesehatan menjelaskan bahwa feses yang normal umumnya berwarna cokelat, berbentuk silinder, dan mudah dikeluarkan. Kondisi tersebut menunjukkan sistem pencernaan berfungsi dengan baik dan tubuh mendapatkan asupan makanan seimbang. Namun, perubahan warna atau bentuk yang signifikan sebaiknya tidak dianggap remeh, karena bisa menjadi tanda adanya gangguan serius, termasuk kanker usus besar.
Perubahan Warna Feses Bisa Mengindikasikan Masalah Kesehatan Serius
Perubahan ringan pada warna feses biasanya tidak berbahaya, tetapi ketika perubahannya mencolok dan terjadi terus-menerus, hal itu bisa menjadi pertanda masalah yang lebih besar. Feses yang tampak kemerahan, misalnya, sering menandakan adanya darah dalam kotoran. Warna merah tua atau gelap biasanya mengarah pada perdarahan di bagian atas saluran pencernaan, seperti lambung atau kerongkongan.
Sementara itu, warna merah terang dapat menunjukkan adanya perdarahan di bagian bawah sistem pencernaan, termasuk usus besar atau rektum. Penyebabnya bisa sangat beragam, mulai dari wasir (hemoroid) dan fisura anus hingga kolitis ulseratif, divertikulosis, bahkan kanker usus besar. Bila kondisi ini berlanjut, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter guna memastikan penyebab pastinya dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Perubahan warna feses juga dapat terjadi akibat makanan tertentu. Misalnya, konsumsi bit, cranberry, atau sup tomat dapat membuat warna feses tampak kemerahan. Begitu pula sayuran hijau seperti bayam dan kale bisa menyebabkan warna hijau, sementara makanan seperti ubi jalar, wortel, dan kunyit bisa menimbulkan warna kuning.
Namun, ahli gizi Carla Oates menekankan bahwa feses berwarna hijau yang disertai diare dan rasa tidak nyaman di perut bisa menjadi tanda adanya infeksi pada saluran cerna, seperti yang disebabkan oleh salmonella, giardia, atau norovirus. Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak semua perubahan warna feses disebabkan oleh makanan—beberapa bisa menandakan infeksi atau gangguan pencernaan yang serius.
Feses Kuning Bisa Berkaitan dengan Gangguan Penyerapan Lemak
Selain warna hijau, feses berwarna kuning juga perlu diperhatikan. Warna ini dapat menjadi tanda bahwa lemak dalam makanan tidak diserap dengan baik oleh tubuh. Kondisi tersebut umum terjadi pada penderita celiac, yaitu gangguan autoimun yang menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap gluten.
Ahli pencernaan Dr. Nigma Talib menjelaskan bahwa feses kuning bisa menjadi tanda adanya penyakit Crohn, yaitu peradangan kronis yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini tergolong umum, tetapi bisa menimbulkan rasa tidak nyaman berkepanjangan jika tidak segera diobati. Oleh karena itu, warna kuning yang muncul berulang kali pada feses sebaiknya tidak diabaikan.
Gangguan penyerapan lemak yang terjadi terus-menerus dapat memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Pasalnya, lemak tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi, tetapi juga berperan dalam penyerapan vitamin penting seperti A, D, E, dan K. Kekurangan penyerapan lemak dapat menyebabkan defisiensi nutrisi yang memengaruhi daya tahan tubuh dan metabolisme.
Bentuk Feses dan Pola Buang Air Besar Dapat Menunjukkan Kesehatan Usus
Selain warna, bentuk feses juga bisa menjadi petunjuk penting tentang kondisi sistem pencernaan. Feses yang terlalu keras dan berbentuk seperti kerikil biasanya menandakan kurangnya asupan serat dalam makanan. Sebaliknya, feses yang terlalu encer atau cair dapat mengindikasikan konsumsi fruktosa berlebihan atau gangguan penyerapan tertentu.
Setiap orang memiliki pola buang air besar yang berbeda, dan hal itu masih tergolong normal selama tidak ada perubahan drastis. Umumnya, frekuensi buang air besar yang normal berkisar antara tiga kali seminggu hingga tiga kali sehari. Namun, perubahan mendadak pada pola tersebut patut diwaspadai, terutama jika disertai gejala lain seperti nyeri perut, darah dalam feses, atau rasa tidak tuntas setelah buang air besar.
Terkait dengan kanker usus besar, terdapat sejumlah tanda yang perlu diperhatikan. Di antaranya perubahan mendadak pada kebiasaan buang air besar, seperti diare atau sembelit yang terjadi lebih sering dari biasanya. Selain itu, pendarahan pada rektum, adanya darah dalam feses, kram atau nyeri perut yang berkepanjangan, perasaan usus belum sepenuhnya kosong setelah buang air besar, serta kelelahan dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas juga bisa menjadi gejala awal kanker usus besar.
Mengenali gejala-gejala tersebut sejak dini sangat penting karena kanker usus besar sering berkembang tanpa menimbulkan keluhan berarti di tahap awal. Pemeriksaan rutin dan deteksi dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan.
Perhatikan Setiap Perubahan untuk Menjaga Kesehatan Pencernaan
Perubahan pada feses memang tidak selalu berarti penyakit serius, tetapi tetap harus diperhatikan, terutama jika disertai gejala lain yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Menjaga pola makan yang sehat, mencukupi kebutuhan serat, dan rutin memeriksakan kesehatan pencernaan adalah langkah sederhana yang dapat mencegah masalah serius di kemudian hari.
Tubuh memiliki cara unik untuk memberi tahu bila ada sesuatu yang tidak beres. Dengan memperhatikan tanda-tanda kecil seperti warna dan bentuk feses, seseorang bisa lebih cepat mengetahui adanya potensi gangguan kesehatan. Bila ditemukan perubahan yang tidak wajar dan berlangsung terus-menerus, pemeriksaan medis segera adalah langkah paling bijak.